Dear sahabat BT, senang bisa jumpa lagi. Hari ini Om BT akan sharing info terkait perbedaan Rapid Test dan Swab Test untuk mendeteksi virus Covid 19. Virus Covid 19 atau lebih populer disebut dengan virus corona sekarang sedang mewabah hampir di seluruh dunia. Statusnya belum lama ini ditetapkan sebagai pandemi global oleh otoritas kesehatan dunia, WHO (World Health Organization).
Secara global pandemi ini sudah menginfeksi 1,19 juta orang dan telah menelan korban jiwa sekitar 64.580 orang dan angka ini diprediksi akan terus meningkat. Di Indonesia sendiri sampai hari ini, angka yang dirilis pemerintah, ada sekitar sekitar 2.273 orang yang positif terinfeksi dan sudah menelan sekitar 198 orang korban jiwa.
Ada 2 macam test yang dikenal untuk mengidentifikasi pasien yang terinfeksi virus covid 19 yakni dengan Rapid Test dan Swab Test atau sering juga disebut PCR Test.
Untuk mengenal 2 macam istilah test covid 19 ini silahkan disimak penjelasan di bawah ini :
Daftar Isi
Rapid Test
- Parameter uji: Imunoglobin dalam darah
- Keluar hasil: Hitungan menit
- Akurasi: Tidak akurat
- Sarana uji: Bisa di mana saja
Swab Test
- Parameter uji: DNA virus corona
- Keluar hasil: 2-7 hari
- Akurasi: Sangat akurat
- Sarana uji: Harus laboratorium BSL 2
Manfaat Test
Keduanya sama-sama digunakan untuk menguji virus corona, nyatanya fungsi rapid test dan swab test sangat berbeda. Rapid test merupakan tes (secara massal) yang berfungsi untuk screening potensi kasus positif virus corona di masyarakat. Sementara, swab test berfungsi sebagai standar diagnostik virus corona yang dianjurkan WHO.
Metode dan Alat
Pada rapid test, metode pengujian dilakukan secara massal dengan menggunakan sampel darah. Sampel darah kemudian dicek menggunakan Rapid Test Kit (alat tes darah berbentuk mirip alat tes kehamilan) untuk melihat adanya reaksi antibodi (zat imunoglobulin) yang terbentuk ketika terserang virus
Sedangkan pada Swab Test, metode pengujian dilakukan dengan menggunakan sampel swab spesimen dari tenggorokan, mulut atau hidung. Setelahnya, akan dilakukan serangkaian tes pada sampel swab tersebut menggunakan metode bernama PCR (Polymerase Chain Reaction).
Dengan metode ini, dapat terlihat melihat ada atau tidaknya DNA virus corona pada sampel tersebut. Uji PCR ini juga sudah digunakan luas untuk mendeteksi berbagai penyakit infeksius seperti Hepatitis, virus HIV, dan TBC.
Lama Pengujian
Lama pengujian rapid test tergolong singkat. Umumnya hasilnya dapat diketahui sekitar 10-15 menit setelah pengujian. Sedangkan pada swab test, lama pengujian memerlukan beberapa hari karena rumitnya rangkaian tes yang perlu dilakukan.
Akurasi Hasil Tes
Hasil rapid test tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan swab test. Sebab, antibodi tidak langsung terbentuk meski kita telah terinfeksi virus Corona. Pembentukan antibodi butuh waktu setidaknya 7 hari sejak terinfeksi.
Seringkali didapati hasil false negative virus corona pada rapid test. Hasil false positive pun seringkali terjadi karena antibodi dapat terbentuk karena infeksi virus lainnya pula tidak hanya virus corona. Oleh karena itu, metode ini hanya digunakan untuk screening awal virus corona saja (apabila hasilnya positif akan dilanjutkan dengan swab test untuk memastikan keakuratan hasilnya).
Tempat Pengujian
Pada rapid test, metode yang dilakukan sangat sederhana jadi bisa diuji di ruang laboratorium rumah sakit maupun puskesmas manapun.
Sedangkan, metode swab test lebih rumit jadi hanya bisa dilakukan di laboratorium berstandar Biosafety Level (BSL) 2, yang mana pekerja laboratoriumnya dilatih secara khusus oleh ahli patogenik dan ilmuwan kompeten, aksesnya dibatasi ketika pengujian berlangsung.
Tidak hanya itu, pekerja lab ini juga harus memakai kelengkapan khusus (misalnya pekerja lab wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti baju Hazmat, masker khusus dan sarung tangan khusus agar tidak terinfeksi virus).
Jika sebelumnya swab test terpusat di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) milik Kementerian Kesehatan, kini swab test juga dilakukan di beberapa lembaga, seperti Lembaga Eijkman, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dan Universitas Airlangga.
Demikian postingan Om BT yang kami kutip dariberbagai sumber. Akhirnya doa Om BT semoga sahabat BT sekalian senantiaasa dalam lindungan Allah SWT. [blogteknisi.com]